“Enggak kok, baju kamu bagus!”
“Maaf
Kak, aku gak bisa ikut rapat karena lagi gak enak badan..”
Pernah
denger kalimat itu? Atau ada yang pernah bilang gitu ke temen-temen Bunch? Wah,
perlu hati-hati nih. Kalimat-kalimat tersebut bisa jadi adalah salah satu bentuk
dari deception. Menurut para ahli, deception adalah membuat orang lain
percaya dengan suatu informasi salah yang kita berikan supaya kita mendapatkan
manfaat tertentu, termasuk melalui lelucon (jokes),
pemalsuan, penipuan, bahkan pembohongan untuk hal baik (white lies). (Hyman, 1989)
Deception
yang dilakukan seseorang tergantung dari tujuannya. Pertama, deception sering digunakan ketika
seseorang ingin memelihara hubungan baik dengan orang lain. Misalnya, Ani
terpaksa mengatakan bahwa baju yang dipakai Beta bagus semata-mata karena ia tidak
ingin melukai hati Beta, walaupun sebenarnya ia tidak suka dengan model bajunya. Kedua, deception juga sering digunakan
untuk membenarkan tindakan kebohongan tertentu, misalnya tidak ikut rapat
dengan alasan sakit padahal sebenarnya hanya lelah biasa. Bentuk deception berikutnya adalah untuk
menjaga image (jaim) di hadapan orang
lain, misalnya Cinta mengatakan bahwa ia harus sampai di rumah maksimal jam 9
malam karena ingin dianggap sebagai anak yang penurut. Terakhir, bentuk deception yang tak jarang terjadi adalah
deception yang bertujuan untuk menusuk
orang lain dari belakang, atau mengambil manfaat tertentu dari orang lain untuk
diri sendiri. Misalnya Wina selalu berteman dengan Shafa karena Shafa dikenal
sebagai anak orang yang pandai. Setiap hari, Wina selalu berada di samping
Shafa untuk belajar bareng. Namun, deception
Wina mulai terkuak ketika ia menolak permintaan Shafa untuk membantunya belajar
materi kuis ketika Shafa tidak masuk kuliah. Hal ini Wina lakukan karena ingin
nilai kuisnya lebih bagus daripada nilai Shafa.
Selain
di kehidupan sehari-hari, teknik deception
juga sering dilakukan ilmuan dalam penelitiannya. Misalnya ilmuan yang tidak
memberi tahu tujuan penelitian yang ia lakukan kepada partisipan sampai
penelitian tersebut berakhir. Teknik deception
dalam penelitian masih diperdebatkan oleh para ilmuan karena dengan teknik
tersebut partisipan merasa dibohongi dan tidak nyaman. Namun, ilmuan masih
sering melakukan deception untuk
memperoleh informasi yang akurat.
Walaupun
beberapa tujuan deception membawa
manfaat untuk kita, akan lebih baik kalau kita menunjukkan sikap alami diri
kita di depan orang lain. Selain berlatih untuk terus mengatakan yang
sebenarnya, feedback tersebut juga
bisa digunakan orang lain untuk belajar dan mengubah dirinya menjadi lebih
baik. Seperti kata pepatah juga, katakan sejujurnya walau itu pahit.
Nah,
temen-temen Bunch sekarang udah tau kan apa itu deception? Yuk, just be
yourself and show who you really are!
Good luck!
Referensi:
Hyman,
R. (1989). The psychology of deception. Annual
Reviews Psychology, 40, 133.
Tulisan ini dipublikasikan di Bunch (Majalah Fakultas Psikologi UI) tahun 2013.
No comments:
Post a Comment
Comments here: