Tuesday, May 21, 2013

THE MYSTERY BETWEEN LOVE AND DEATH OF HAMLET, THE PRINCE OF DENMARK


Rumors about Hamlet, the Prince of Denmark, being mad were getting out of control during the first period of King Claudius’ regime. Ophelia, the daughter of the King’s advisor, Polonius and also Hamlet’s lover, spoke up to reveal his madness.

“He took me by the wrist and held me hard. Then goes he to the length of all his arm, and, with his other hand thus o’er his brow, he falls to such perusal of my face as he would draw it. Long stayed he so. At last, a little shaking of mine arm, and thrice his head thus waving up and down, he raised a sigh so piteous and profound as it did seem to shatter all his bulk and end his being, That done, he lets me go, and, with his head over his shoulder turned, he seemed to find his way without his eyes, for out o’ doors he went without their helps and to the last bended their light on me.”, said Ophelia.

This happened when she was sewing in her closet. She saw him in an unbalanced condition, “His stockings fouled, ungartered, and down-gyved to his ankle,” she adds. Hamlet looked disheveled and dirty.

Hamlet’s mother, Queen Gertrude, said that Hamlet’s madness was because of his father’s death and her marriage to King Claudius, King Hamlet’s brother. Polonius said that it might have been because of Hamlet’s love for Ophelia. The King then asked Rosencrantz and Guildenstern to spy on Hamlet. They finally decided that Hamlet’s madness was not because of love; there seemed to be no reason.

One day, the King held a fencing match between Hamlet and Laertes, Polonius’ son, who had been staying in France and returned to Denmark because of his father’s and his sister’s deaths. The fencing match ended up with the deaths of both of them.

After the whole story happens, Horatio, Hamlet’s best friend, who is known as the most honest person in Denmark, says that Hamlet was just acting mad to prove that King Claudius was guilty of killing King Hamlet. Prince Hamlet did that because he got a message from his father’s ghost telling him to kill Claudius because he had killed Hamlet’s father. Actually, Hamlet loved Ophelia with all his heart.

Who believes in a ghost this day?! Who knows! Horatio is the one who is trustworthy in Denmark.

Tulisan ini adalah tugas English-4 CHS 2010: "Hamlet Magazine"

Sunday, May 19, 2013

Youth Migration: A Step from Haven

World Bank (2000) findings predicted that in 2020, urban cities in developing countries will host a majority of its population as the people (mostly youth) flee from rural areas. According to the United Nations, eighth of the total number of migrants worldwide are made up by young people. Several reasons of the youth migration are fleeing abusive families, discrimination, war, and mostly because of the lack of opportunities in their homeland. These reasons are the turning point of youth migration: they migrate to seek a better life, such as high educational, financial, social, and cultural opportunities.
There are positive and negative impacts of youth migration. Youth migrants may experience language barriers and difficulties in adapting to the new country’s culture. It is the result of the lacking information about the regions or countries they are going to. Media tells us well how this lacking can cause them to be easily abused and exploited. This experience will lead them into frustration and psychological problems. Thus, it is one of the causes we hear a lot of suicide or homicide issues happen in migrants.
However, as they move, they diffuse their cultural traits and ideas along with them. They can adjust their cultural background along with the culture in their new host-land. They can make a new understanding accross culture, they fight the cultural barriers, and they can make their dream to become true. As they can fight the barriers and their own weaknesses, I absolutely believe that they can get a higher education and higher standart of living.
In most cases of youth migrants, they experience positive and negative impacts simultaneously. “I can’t say I’m one thing or the other. I’m a Moroccan Berber who was born in the Netherlands, with Deutch citizenship. I’m both, and that enriches me and troubles me too, all at the same time”, said young woman with Moroccan parents in the Netherlands as quoted in UNFPA report.
I strongly suggest the migrants to live in the host-land temporarily, not permanently. This suggestion is based on my belief that youth are the agent of change. They have a power to change the situation in their homeland. As they get the advantages from their migration, they can empower the other youth in their homeland to make a better life also. Through the innovation such as social and cultural enterpreneurship, they will reduce overpopulation and competition in urban cities and develop the engagement of activities in their homeland.

Tulisan ini lolos 13th Melaka International Youth Dialogue 2013.

Cara Ampuh Menjadi Mahasiswa Bahagia di Akhir Bulan


Mahasiswa dituntut untuk hidup mandiri dan pandai mengatur kehidupannya sendiri. Apalagi mahasiswa daerah yang jauh dari orang tua. Target membahagiakan orang tua dengan nilai yang bagus sampai target untuk tidak meminta uang berlebihan terkadang menjadi momok tersendiri bagi mereka. Parahnya, hal ini semakin mengancam kesehatan di akhir bulan, ketika tugas semakin menumpuk, butuh banyak uang untuk fotokopi handouts, acara organisasi keluar kota yang tak bisa ditinggalkan, yang tentunya membuat persediaan uang semakin menipis. Mau tak mau, banyak mahasiswa memilih jalan pintas, yaitu rela mengganti pola makan secara drastis, yang biasanya pecel lele, nasi padang, ayam goreng, sekarang sayur bayam, tempe, tahu, atau bahkan hanya makan dua atau satu kali dalam sehari. Kehabisan uang di tengah jalan semakin terlihat ketika seorang mahasiswa sering menolak ajakan teman untuk makan bareng dengan alasan sedang berdiet padahal sedang extra berhemat. Dari berbagai pengalaman tersebut, akhirnya muncul beberapa solusi yang ternyata ampuh untuk mengatur keuangan selama satu bulan.

Pertama, bagi uang tersebut ke dalam amplop-amplop kecil, misalnya amplop kebutuhan sehari-hari (kebutuhan mandi, make-up, alat tulis, dll), amplop makan, amplop keperluan kuliah (fotokopi handouts, beli buku, dll), amplop hang out, serta tidak boleh dilupakan adalah amplop emergency (dipakai ketika ada hal-hal mendesak). Dengan begini, alur pengeluaran uang akan tersebar dengan baik.

Kedua, buat daftar menu makanan untuk satu bulan ke depan. Makanan yang masuk daftar lebih baik sesuai dengan budget yang dianggarkan, tentunya memenuhi syarat 4 sehat 5 sempurna. Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah tetap memasukkan menu makanan yang (agak) mahal untuk sekali atau dua kali di akhir minggu (bisa dimanfaatkan sebagai cadangan ketika diajak makan bareng sama temen). Hal ini juga bisa dijadikan reward untuk diri sendiri karena sudah berhasil memenuhi program penghematan.

Ketiga, ketika uang sudah benar-benar habis, cara paling keren untuk mendapatkan uang tambahan adalah dengan mengajar di bimbel (bisa menjadi substitusi teman yang tidak bisa mengajar), ikut lomba, atau mendaftar beasiswa. Selain akan mendapatkan uang, jiwa keilmuan kita juga akan terasah secara tidak langsung.

Berikutnya, hal yang cukup krusial adalah belanja bulanan. Mahasiswa lebih baik berbelanja di awal bulan untuk kebutuhan sebulan penuh. Hal ini berdasarkan fakta bahwa jika dihitung secara total, berbelanja barang dengan ukuran yang lebih besar dalam sekali waktu akan lebih murah dibandingkan berkali-kali membeli barang berukuran kecil. Terlebih, selain hemat uang, mahasiswa juga bisa menghemat waktu.

Terakhir, tancapkan dalam diri untuk memiliki gaya hidup sederhana serta niatkan untuk menyisihkan beberapa uang untuk berbagi kepada orang yang membutuhkan. Secara tidak langsung, hal ini akan membuat diri semakin bersyukur dengan apa yang dimiliki saat ini.

Setelah saya buktikan, beberapa tips mengatur keuangan bulanan di atas membuat pengaturan uang bulanan saya semakin baik. Manfaat yang lebih dari itu adalah saya mampu menyeimbangkan kehidupan kuliah dengan kebutuhan bersosial, misalnya buku dan handouts lengkap ada di tangan dan tidak perlu sering menolak ajakan teman untuk makan di luar, hehe.

Selamat mencoba!

Tulisan ini terlambat diajukan ke Suara Mahasiswa Okezone :|

Deception


 “Enggak kok, baju kamu bagus!”
“Maaf Kak, aku gak bisa ikut rapat karena lagi gak enak badan..”

Pernah denger kalimat itu? Atau ada yang pernah bilang gitu ke temen-temen Bunch? Wah, perlu hati-hati nih. Kalimat-kalimat tersebut bisa jadi adalah salah satu bentuk dari deception. Menurut para ahli, deception adalah membuat orang lain percaya dengan suatu informasi salah yang kita berikan supaya kita mendapatkan manfaat tertentu, termasuk melalui lelucon (jokes), pemalsuan, penipuan, bahkan pembohongan untuk hal baik (white lies). (Hyman, 1989)

Deception yang dilakukan seseorang tergantung dari tujuannya. Pertama, deception sering digunakan ketika seseorang ingin memelihara hubungan baik dengan orang lain. Misalnya, Ani terpaksa mengatakan bahwa baju yang dipakai Beta bagus semata-mata karena ia tidak ingin melukai hati Beta, walaupun sebenarnya ia tidak suka dengan model bajunya.  Kedua, deception juga sering digunakan untuk membenarkan tindakan kebohongan tertentu, misalnya tidak ikut rapat dengan alasan sakit padahal sebenarnya hanya lelah biasa. Bentuk deception berikutnya adalah untuk menjaga image (jaim) di hadapan orang lain, misalnya Cinta mengatakan bahwa ia harus sampai di rumah maksimal jam 9 malam karena ingin dianggap sebagai anak yang penurut. Terakhir, bentuk deception yang tak jarang terjadi adalah deception yang bertujuan untuk menusuk orang lain dari belakang, atau mengambil manfaat tertentu dari orang lain untuk diri sendiri. Misalnya Wina selalu berteman dengan Shafa karena Shafa dikenal sebagai anak orang yang pandai. Setiap hari, Wina selalu berada di samping Shafa untuk belajar bareng. Namun, deception Wina mulai terkuak ketika ia menolak permintaan Shafa untuk membantunya belajar materi kuis ketika Shafa tidak masuk kuliah. Hal ini Wina lakukan karena ingin nilai kuisnya lebih bagus daripada nilai Shafa.

Selain di kehidupan sehari-hari, teknik deception juga sering dilakukan ilmuan dalam penelitiannya. Misalnya ilmuan yang tidak memberi tahu tujuan penelitian yang ia lakukan kepada partisipan sampai penelitian tersebut berakhir. Teknik deception dalam penelitian masih diperdebatkan oleh para ilmuan karena dengan teknik tersebut partisipan merasa dibohongi dan tidak nyaman. Namun, ilmuan masih sering melakukan deception untuk memperoleh informasi yang akurat. 

Walaupun beberapa tujuan deception membawa manfaat untuk kita, akan lebih baik kalau kita menunjukkan sikap alami diri kita di depan orang lain. Selain berlatih untuk terus mengatakan yang sebenarnya, feedback tersebut juga bisa digunakan orang lain untuk belajar dan mengubah dirinya menjadi lebih baik. Seperti kata pepatah juga, katakan sejujurnya walau itu pahit.

Nah, temen-temen Bunch sekarang udah tau kan apa itu deception? Yuk, just be yourself and show who you really are!
Good luck!

Referensi:
Hyman, R. (1989). The psychology of deception. Annual Reviews Psychology, 40, 133.

Tulisan ini dipublikasikan di Bunch (Majalah Fakultas Psikologi UI) tahun 2013.

tumblr

Saking banyaknya orang yang punya tumblr, I tried to have one too! (tidak ada maksud untuk konformitas)
Kindly check it out: