Tak pernah tersirat di benak saya untuk bisa melangkahkan kaki di negeri yang kaya raya seperti Amerika Serikat. Awal tahun 2008 adalah awal dari segalanya. Waktu itu, saya masih kelas X. SMA Negeri 1 Ponorogo mengundang beberapa alumni AFS-Program YES (American Field Service-Youth Exchange and Study Program) untuk bercerita tentang berbagai macam pengalamannya di Amerika. Saya sangat tertarik dengan semua hal yang mereka ceritakan, terutama ketika mereka bercerita tentang salju. Mulai saat itu, saya mulai berusaha dan berdoa semoga saya bisa lolos dari berbagai macam tes yang diadakan untuk bisa menjadi siswa pertukaran pelajar.
Pendaftaran diawali dengan pengisian 20 halaman formulir. Mulai dari nama, sampai dengan semua prestasi yang pernah diraih, rekomandasi sekolah, teman dekat, guru, hingga cerita tentang keluarga. Setelah semua formulir terkirim, selang beberapa hari, saya menghadapi tes pertama, tes tulis. Tujuh puluh siswa SMA Negeri 1 Ponorogo mendaftar dalam seleksi itu.
Dalam tes tulis, kami menjawab sekitar 160 soal berbahasa Indonesia dan Inggris tentang pengetahuan umum. Alhamdulillah saya termasuk satu dari dua belas siswa SMA 1 Ponorogo yang lolos ke tahap selanjutnya.
Tes kedua adalah tes wawancara berbahasa Indonesia dan Inggris. Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan tentang motivasi mengapa ingin menjadi siswa pertukaran pelajar, keluarga, sekolah, dan kehidupan sehari-hari. Tak jarang pula ada yang menanyakan tentang berita-berita yang sedang update di Indonesia maupun di Amerika Serikat. Lima orang lolos ke tahap berikutnya.
Tes ketiga adalah tes dinamika kelompok. Dalam tes ini, saya dimasukkan kedalam satu kelompok yang mana anggota-anggotanya adalah siswa-siswi dari berbagai macam sekolah se-Jawa Timur. Setelah itu, kami dimasukkan ke dalam satu ruangan dan para panitia menyuruh kami untuk membuat suatu hasta karya berkelompok dari bahan-bahan yang telah disediakan panitia untuk kemudian dipresentasikan. Alhamdulillah tes ketiga berjalan dengan lancar. Dua dari lima siswa lolos ke tahap selanjutnya.
Tes selanjutnya adalah home visit and home interview. Beberapa relawan AFS datang ke rumah untuk mewawancarai orang tua dan keluarga saya yang lain. Mereka berkomentar tentang tempat tinggal saya, Desa Krebet, Jambon, yang jalannya sulit sekali untuk dijangkau. Semua orang tertawa mendengar cerita itu. Haha! Tapi saya tetap semangat untuk berjuang dan tidak pernah putus asa dengan komentar apapun. Saya percaya bahwa mencetak prestasi tidaklah dipengaruhi dari dimana kita tinggal.
Selanjutnya, pada tanggal 11-15 Desember 2008, saya pergi ke Jakarta untuk placement tes. Disana, saya bertemu dengan ratusan siswa lain dari seluruh Indonesia. Kami dihadapkan dengan berbagai macam tes, seperti SLEP (Secondary Level English Proficiency) test, wawancara langsung dengan duta besar Amerika, dinamika kelompok dalam bentuk lain, dan tes-tes lain yang bisa menunjukkan seberapa besar jiwa kepemimpinan kita karena motto dari YES program adalah “The Leaders for Tomorrow!”
Berbagai macam surat datang dari AFS yang memberitahukan bahwa saya lolos dari tes tahap nasional itu. Alhamdulillah. Akhirnya saya harus mengisi formulir-formulir lagi dengan bahasa Inggris. Saya harus bercerita tentang keluarga asuh yang saya mau, hal-hal yang boleh dan tidak boleh saya lakukan disana, nilai raport, dll. Hal yang paling terasa berat adalah untuk melengkapi formulir kesehatan karena saya diharuskan mengisi daftar imunisasi yang pernah daya dapatkan dan harus mendapatkan berbagai macam imunisasi sesuai dengan requirements dari AFS-USA.
Akhirnya tanggal 10 Maret 2009, saya resmi mempunya paspor diplomat! Hal yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Dan tanggal 1 Juni, saya resmi mempunyai visa Amerika Serikat!!! (walaupun harus diawali dengan mengisi formulir khusus visa yang bertele-tele, juga ketika antre untuk diinterview oleh Dubes Amerika yang ada di Indonesia) Resmilah saya menjadi an exchange student from Indonesia to go to USA! AMAZING!
Sebelum berangkat, saya diwajibkan untuk mengikuti orientasi di Chapter Malang selama tiga hari dan di Jakarta selama sepuluh hari terakhir di Indonesia. Disana, kami dikenalkan dengan berbagai macam budaya di Amerika, bagaimana cara merespon orang Amerika yang baru kita temui, sekolah kita, teman-teman, dan ke-excited-an orang tua asuh yang akan ketemu kita.
Malam terakhir di Indonesia, diwarnai dengan tangis dan tawa. Kami mengadakan farewell party/talent show di Usmar Ismail Hall, Jakarta yang dihadiri oleh orang tua seluruh siswa juga banyak sekali tamu alumni AFS yang sekarang sudah menjadi orang besar, seperti Anies Baswedan.
Di detik-detik terakhir dengan keluarga, kami diperkenalkan satu persatu oleh panitia dan orang tua kami maju satu persatu sesuai dengan urutan panggilan. Orang tua kami kemudian menyematkan pin garuda dan Indonesia di dada kami yang menandakan bahwa kami adalah duta besar bangsa Indonesia. Semua rasa bercampur jadi satu.
Tanggal 8 Agustus 2009 adalah akhir dan awal dari segalanya! Leaving for USA!!!